Matahari telah menampakkan cahaya cerahnya ,
tak terlalu menyengat namun hangat . Pagi itu pula hari pertamaku masuk kelas
baru ku. Kelas biasa dengan teman lama namun hanya berbeda tingkatan. Yah kini
aku jauh lebih dewasa tak lagi kelas 1smk, awalnya merasa asing dengan
tingkatan baruku. Namun lama kelamaan aku pun terbiasa dengan sebutan “kakak”
atas panggilan adik kelasku. Minggu pertama, minggu kedua pun sampai seterusnya
aku belum merasa ada hal yang menonjol atas perubahan tingkatanku. Sampai akhirnya
pada waktu itu, ketika aku mengikuti suatu pertemuan yang di ikuti seluruh
kelas. Disitu aku seakan melihat sosok terang dalam kegelapan. Entah kenapa
waktu itu aku memandangnya jauh lebih dalam dari biasanya, aku merasa ia patut
untuk ku pandang pada waktu itu. Wajahnya yang kurasa menyejukkan, matanya yang
menatapku penuh arti, dan tutur bahasanya yang sangat ramah pada setiap orang
membuatku semakin ingin tau siapa dia..
sehari setelah itu, aku pun semakin
memperhatikannya.
“Astaga , ternyata dia orang yang dulu tak ku suka, karena sok mengatur. Kenapa sekarang berubah ya?” fikirku heran dalam hati. Tak kuhiaraukan masa lalu itu yang pasti kini aku mengaguminya. Seminggu setelah itulah baru aku bercerita kepada Dwi temanku tentang Tara, iya dia bernama Tara Wijaya.
“Astaga , ternyata dia orang yang dulu tak ku suka, karena sok mengatur. Kenapa sekarang berubah ya?” fikirku heran dalam hati. Tak kuhiaraukan masa lalu itu yang pasti kini aku mengaguminya. Seminggu setelah itulah baru aku bercerita kepada Dwi temanku tentang Tara, iya dia bernama Tara Wijaya.
“ Dwi, kamu tau kan Tara anak Multimedia1 ?
wah dia handsome banget yah. Kelihatannya baik dan ramah. Ada no handphone nya
gak dwi?” Tanyaku pada dwi
teman yang akhir akhir ini dekat denganku.
“ Tara? Calon ketua osis itu ya ? gak punya vi.
Emang kenapa ? Via suka dia ?”
Dwi malah balik bertanya.
“Aduh dwi, aku gak tau suka dia atau gak.
Mungkin hanya kagum saja. Hmm. Ntahlah aku pun gak yakin sama perasaanku.” Jawabku dan langsung menarik dwi masuk kelas. Pulang
sekolah adalah waktu yang paling aku suka. Karena pasti aku akan lebih lama
memperhatikan dia, melihat dia naik motor dr parkiran. “OH GOD! Makin menggila saja aku dengan tara”.
Waktu luang di rumah lebih banyak aku luangkan
untuk memikirkan dia, baru aku tahu jika dia calon ketua osis. Seminggu
sebelumnya aku di tawari masuk osis dan ku terima. “Hmm, berarti aku akan satu
organisasi dengannya? YaAllah.. Ini WOW banget buat aku” Khayalku kecil sambil
tersenyum. Kulihat tanggal dan ternyata tanggal 10 , berarti besok adalah
pemilihan KETUA OSIS. Aku cepat-cepat tidur karena tak mau terlambat untuk
datang kesekolah dan mendengarkan ia berbicara mengenai misi dan visinya.
***
Pagi harinya, sebelum keluargaku bangun aku
sudah mandi dan bersiap-siap sarapan dan cepat cepat pergi sekolah. Baru kali
ini aku bisa semangat sekolah tanpa di bangunkan orang tuaku. Aku mulai
berfikir dari situ “Apa iya aku Cuma
sekedar mengagumi?” mulailah aku gelisah akan perasaanku sendiri. Jawaban
atas pertanyaanku pun masih menjadi pertanyaan yang belum ada jawabannya. Jam
demi jam ku tunggu akhirnya mulai juga pemilihan ketua osis. Semuanya harus
memilih dan…………………”YESSSS!!! DIA JADI KETUA OSIS” teriakku dalam hati. Ia jadi
ketua osis dan aku hanya anggota biasa, seksi keagamaan tepatnya.“ Gak apa-apa deh yang penting aku bisa ketemu
sama dia makin sering, mana tau saja aku bisa dekat dengan dia hahaha” harapku geli.
Setelah Tara resmi sebagai KETOS kami mulai
sibuk rapat untuk pembagian tugas dan juga menyusun program. Ternyata
sangat-sangat melelahkan menjadi anggota osis. “Melelahkan, menjengkelkan, membosankan, aduh aku ingin keluar saja
dari sini. Tak leluasa lagi aku bergerak dan banyak sekali aturan sana-sini.”
Keluhku. Namun, disisi lain. Karena
organisasi ini lah aku bisa kenal dengan Tara lebih dekat. Aku mendapatkan
nomer Handphone-nya pun karena program osis ini.
“ Tak apalah yang penting aku bisa lebih
mengenalnya, harus betah! Harus”aku
pun memotivasi diriku sendiri. Nomer Handphone-nya hanya menjadi satu tambahan
contact di handphone-ku tanpa aku berani menelfonnya atau sekedar mengiriminya
sebuah pesan singkat.
“Vi, kamu udah dapat nomer HP-nya kan? Udah kamu hubungi?” Tanya dwi penasaran.
”Heheh udah, tapi masih awet tuh di ponselku.
Belum aku apa apakan. Aku gak berani wi. Gimana dong ?” Jawabku super polos sambil menatap kosong ke
arah parkiran, berharap Tara lewat di depanku.
“Haduh, kamu ini. Sini mana Ponselmu biar aku
yang sms dia, kamu kelamaan!”
kata dwi kesal. Aku pun tak memberikan Ponselku namun dia sendirilah yang
mengambil di dalam tasku. Yasudahlah. Biarkan saja ntah apa yang akan di
lakukan Dwi aku pun tidak tau. Yang pasti harapanku adalah dwi tidak melakukan
hal bodoh yang kan membuatku malu.
Aku biarkan Dwi mengotak ngatik Ponselku sementara
aku sibuk dengan Program Keagamaan yang tak kunjung selesai.
“Vi, di bales vi di balas. Aaaah ini nih, kamu
aja yang ngelanjutin sms-nya. Pacarku udah jemput nih.” Kata dwi kurang jelas kudengar.
“Ha? Di balas apa ? siapa ? iyaudah deh sana pergi nanti cowo kamu
marah sama ku . Hati2 yah” Tambahku pada dwi. Aku
langsung membuka Pesan singkat itu ternyata balasan dari Tara dan aku pun
selalu telat mikir. Aku bingung harus membalas apa ? Beberapa menit aku biarkan
pesan itu tak ku balas. Aku biarkan dan mulailah aku berfikir atas jawaban
pesannya.
“Ini
Tara ? Boleh Tanya gak ? gimana cara buat program nya?” Balasku.
“Maaf ini siapa yah? Besok ya aku kasih tau
kamu.” Balasnya lagi.
“Ini Via.
Oh iya makasih ya tara. Btw, kamu tau gak via yang mana ? Besok takutnya susah
kamu ngejelasinnya karena gak tau via yang mana.” Balasku lagi dengan
sedikit tersenyum senyum penuh arti.
“Kayaknya tau deh, tapi memang agak lupa
sedikit hehe, kamu lagi apa vi ?” Balasan ini membuat aku terbang entah
kemana , semuanya menjadi sejuta arti untukku. Ia mengenalku. Apakah aku ia
perhatikan ? Atau mungkin ia juga menyukaiku ? Pertanyaan baru bermunculan.
Dari sms tadi lah aku muali dekat dengan Tara jauh lebih dekat tepatnya.
No comments:
Post a Comment