“Aku
engga mau kayak gini. Kamu jahat. Katanya kamu mau jadi teman baikku. Katanya
kamu mau selalu ada untuk aku. Menghapus air mataku ketika aku menangis dan
sama-sama tumbuh besar. Tapi kenapa kamu ninggalin aku gitu aja? Kamu pergi
tanpa alasan yang jelas buat aku. Aku benci sama keadaan yang kayak gini”
Lagi-lagi gadis kecil itu berbicara pada
kaca dan mengeluarkan butir air mata yang lembut. Entah siapa yang mengerti.
Yang jelas ia baru saja kehilangan teman baiknya. Teman yang ia sayangi dan ia
harus melihat kenyataan yang berbanding terbalik dengan harapan yang ia mau. Gadis
kecil itu bernama Ryry.
“YaAllah..
kenapa harus aku ? kenapa harus aku yang terus saja merasakan kehilangan.
Kehilangan teman baikku. Teman yang keberadanya sangat berpengaruh terhadapku.
Teman yang aku sayangi. Selalu saja aku. Katanya hidup itu adil. Tapi yang
kudapati selalu saja kehilangan. Mana yang disebut keadilan, YaAllah?” Katanya
sambil terisak.
“Sudahlah
ry, jangan pernah menyalahkan keadaan. Terkadang inginmu tak sebanding dengan
kesakitan yang kamu dapat jika itu terkabul. Jika memang mereka yang terbaik,
merekalah yang kembali. Jika mereka menyayangimu. Mereka pun akan berusaha
seperti kamu berusaha mempertahankan pertemanan kalian. Nyatanya apa? Kamu lah
yang berusaha dan mereka jadi penonton akan usahamu. Itukah yang kau sebut
teman baik ?” Kata seorang perempuan berambut
pendek yang ternyata kakak nya.
“Tapi kak, aku gak segampang itu ngelupain
semuanya. Ngelupain pas kami bercanda. Kami saling mukul satu sama lain dengan
kasih manja. Pas aku lagi nangis mereka usapin air mataku. Sampai
sebutan-sebutan lucu yang kami buat pun aku masih ingat. Kenapa mereka gampang banget lupain itu semua? Lupain aku yang
pernah jadi teman baiknya. Yang pernah di sayang tapi sekarang aku jadi orang yang gak sama
sekali di anggep. Aku di tinggalin gitu aja. Aku gak tau salah aku apa. Tapi
mereka seenaknya pergi, mereka gak mikirin aku
disini aku sakit kayak mana. Aku benci sama mereka kak. Benci!!” Jawab ryry dengan tangis yang semakin menjadi.
Kakaknya yang tau hanya mengelus pundak adik kesayangannya itu tanpa banyak
berbicara. Ia tau bahwa gadis itu sangat perasa hingga apa pun yang ia katakana
akanlah menjadi kesakitannya. Hingga akhirnya adiknya tertidur di pangkuan nya.
Ia telusuri wajah adiknya “Dek, aku yakin mereka tak sepenuhnya melupakanmu. Tak
sepenuhnya bisa hidup tanpamu. Dan bisa jadi mereka sebenarnya merindukanmu
layaknya kamu merindukan mereka. Semoga Allah memberikanmu kebahagiaan dek” Kata kakaknya dan
beralalu pergi meninggalkan kamar adiknya itu.
###
Pagi
itu Ryry berangkat dari rumah. Namun dengan tujuan yang berbeda. Ia bukan
berangkat menuju sekolahnya namun ia pergi ke tempat praktik kerjanya. Hingga
sampai di pertengahan perjalanan. Ryry mendapati teman baiknya berangkat pula.
Ia hanya memandangi dari kejauhan tanpa sedikit pun menyapa atau pun sekedar
tersenyum. Ryry sebisa mungkin memalingkan wajahnya dan hingga akhirnya teman
baiknya tak lagi terlihat. Bukan teman baik, mantan teman yang terbaik. Adakah
mantan teman? Kurasa tidak. Hari di lalui ryry penuh kegelisahan entah apa yang
ia fikirkan. Entah mengapa ia begitu perasa. Ia hanya bisa mencari kabar teman
terbaiknya itu dari jejaring social. Yang nyatanya beberapa dari jejaring
social itu ryry di tiadakan oleh teman baiknya itu. Tak berhenti disitu saja.
Usaha Ryry untuk memperbaiki hbungan pertemanannya pun tak di anggap ada sama
sekali. Yang dia dapati hanya pengabaian berkali-kali. Ryry berusaha sebisa mungkin menghilangkan keegoisannya.
Merubah muka nya menjadi muka tembok. Mengubah hatinya menjadi hati batu.
Menulikan pendengarannya. Dan membutakan padangannya. Agar apa yang ia dengar,
dan ia lihat tak mempengaruhi usahanya. Namun, gadis kecil itu malang. Ia
memang terlampau perasa. Entahlah, apa yang membuat ia terus saja berusaha
menggenggam yang terlepas.
###
“Kamu besok masih kamu ada acarakan di sekolah? Semangat yah. Jangan
capek-capek ;) Nanti kamu sakit. Pokoknya jaga kesehatan, jangan lupa makan” Ryry
mengirimkan sms singkat itu kepada Ria yang dulu ryry sebut “Teman terbaik”. Ia
menunggu balasan dari Ria hingga malam mulai terkantuk. Blackberry nya pun berbunyi dengan sangat bahagia Ryry membuka
pesan singkat dari Ria. Kebahagiaan itu haruslah pupus, kebahagiaan itu seaakan
di terjang kesedihan yang berlipat ganda. Kebahagiaan itu mulai berubah jadi
tangis. “Gak usah sms sms gue lagi. Entar
lo sakit hati kalau engga gue bales. Thanks” Hati manusia mana yang tak
sakit? Hati manusia mana yang tak hancur ? Kepedulian di balas dengan
pengabaian yang mendalam. Kesayangan berubah menajdi yang tak teranggap. “Harus air mata yang bagaimana lagi sih Ria,
yang bisa buat kamu sadar. Aku di sini kehilangan kamu!! Harus kayak mana lagi
supaya kamu balik lagi sama aku. Supaya kamu bisa aku genggam lagi. Harus kayak
mana Ria. Bilang sama aku ;(“ Kata Ryry sembari meninggalkan Blackberry nya begitu saja tanpa
membalas sms dari Ria. Aku tau, hati ryry hancur lebih dari kepingan piring
yang telah pecah..
Kurang lebih 8 Bulan ryry tak mendapat kabar
dari ria. Pun Ria sama sekali tak mencari ryry. Sampai suatu saat tanggal 1
September. Ria menelfon Ryry. Wajar, 1 September tahun lalu itulah pertama kali
mereka bertemu. Menjadi teman baik, saling berbagi cerita walau akhirnya mereka
saling meninggalkan. Malam itu Ryry sibuk dengan tugas sekolah nya tanpa
berfikir apapun. Dia tak mempedulikan tanggal itu. Walau memang awalnya Ryry
berharap Ria memberi kabar kepadanya di tanggal itu. Malam yang suntuk bagi
otaknya yang harus membagi konsentrasi pada tugas dan bayang bayang tentang
ria. *Dreet dret dreeet* Blackberry
milik Ryry bergetar tanpa bunyi. Dilihatnya “Ria :))))))))))))))” Contact name
yang aneh bukan? Mungkin. Tapi itulah cara Ryry agar tak sepenuhnya melupakan
Ria. Di angkatnya telfon itu agak gagap.
“Hallo? Iya Ria, kenapa?” | “Lagi
apa lo?” | “Ha? Gue ?” | “Iyalah lo,
siapa lagi” | Oh gue lagiii... Hmm...| Lagi
ngerjain tugas kan ? | Dih kok lo tau? Lo kepo yaa ciyeee | Kepedean lo ry! Udah kelar belum tuh tugas?
Ganggu dong ya gue? Kalau gitu yaudah deh | Dih yee apaan. Orang gue belum
jawab lo udah jawab sendiri | Hahah
abisan lo lama! | Ya sorry, lo kenapa Ria? Kangen gue ya ? Hahaha | Gak, Ngapain gue kangen lo. Cari lo aja
engga. Gue Cuma mau bilang aja sih sama lo selamat tanggal 1 september ya | Emang kenapa satu september? Hahaha bercanda gue
ria. Thanks ya. Lo engga benci gue kan ri? | Yee enggalah. Ngapain gue benci lo. Lagian kalau gue benci gue ga bakal
nelfon lo. Terus gue Cuma ngasih tau lagi. Brang yang lo kasih masih gue simpen
kok. SEMUA....| Yee yaudah kali, Serah lo juga kalau mau di buang | Enggalah, kita tuh harus menghargai tau
| Serah lo deh ria! Males gue berdebat. Emang lo tau dari mana sih masalah
pertanyaan2 gue tentang barang2 itu? |
Oke, gue emang kepo in twitter lo. Kicauan burung tetangga nyampein pesen lo
itu ke gue hahaha yaudah ah. Udah ya. Byee | *tuuuuuuut*
Percakapan singkat dengan Ria
membuat Ryry benar benar yakin. Bahwa Ria sebenarnya masih mengingat beberapa
hal tentang mereka. Setelah hari itu. Di kota Ryry di adakan gerak jalan. Dan
seperti biasa Ryry sama sekali tak pernah terlibat dalam acara yang bersangkutan
dengan olahraga. Entah kenapa hari itu Ryry dan temantemannya memutuskan untuk
pergi ke area finish dari gerak jalan tersebut. Keliling beberapa kali
akhirnya.... Di perjalanan Ryry membathin “YaAllah.
Aku berharap. Aku mohon padamu. Jika memang Ria adalah teman yang terbaik dan
benar benar terbaik pertemukanlah aku di area itu. Pertemukanlah yaAllah” Dan
!!!!! Yaaaak! Ryry melihat sosok Ria dari belakang. Motor yang dikendarai
mengurangi kecepatannya. Ia lihat perlahan namun tak sepatah kata pun terucap.
Ia terpaku melihat kenyataan sama persis dengan apa yang di harapkan. Ia hanya
dapat melihat Ria dari kejauhan. Tanpa menyapa dan tanpa mendekatinya.. Dan
hari itu pun terlewatkan..
“Ria.. Gue percaya sama Allah. Kalau lo yang terbaik lo bakal balik lagi
ke gue. Buktinya kita masih ketemu. Lo ga sepenuhnya ngelupain gue kan? Lo juga
pasti ga sepenuhnya bisa ngilangin gue di hari lo. Gue percaya semua bakal
indah kok. Dan gue yakin, Emang gada satu orang pun yang bisa gantiin lo buat
gue, Lo temen yang paling! Kayak yang lo tau. Kalau udah PALING engga ada lagi
yang lain. Gue bakal disini buat lo Ri. Semoga emang bener kalau lo engga
ngelupain gue dan ada niat balik sama gue. Semoga kita bisa ttep jadi temen
kayak dulu ya Ria.”
Bathinnya senada dengan lajunya motor yang ia kendarai
meninggalkan area itu...
No comments:
Post a Comment