September.
Kenapa semua semacam ilusi yang tak nyata. Semua
menghilangkan gaya tariknya dengan duniaku. Lalu akhirnya mereka menjauh dari
lingkaran yang telah aku buat antara duniaku dan mereka. Yang ku fikirkan, hal
yang ku sebut ilusi itu adalah hal nyata yang aku belum mampu menerimanya. Hal
yang sulit untuk ku katakan nyata karena
pada dasarnya apa yang nyata ini bukan lah impianku. Kenapa lagi lagi aku
dihantui oleh impian-impian yang sampai sekarang tetaplah menjadi sebatas
impian..
Dari sisi pertama..
Aku menitik fokuskan pada seorang pria yang padanya lah aku memendam semua. Mencintai dalam diam.
Mendo’akan dari sisi yang sama sekali tak ia ketahui. Dari sisi yang sama
sekali tak pernah menjadi istimewa. Dan dari sisi yang mungkin hampir
terabaikan. Kini pria itu pula yang
benar benar membuat cintaku selamanya
harus diam tanpa dia tahu. Ku fikir sosoknya pantas ku impikan. Namun
nyatanya? Ia berlalu pergi dengan wanita lain pun belum halal baginya.. Iya
subjek pertama telah benarbenar meninggalkanku dan diamnya cintaku ini..
Dari sisi kedua..
Subjek kedua ini adalah seorang wanita yang satu tahun lebih
dewasa dari usiaku. Langkahnya tak mungkin seirama dengan langkahku. Suaranya
tak mungkin berbaur dengan suaraku selain melalui saluran telephone. Iya wanita
ini tak berada pada tempat dimana aku berpijak sekarang. Subjek kedua ini
memang tak sepenuhnya pergi. Tak pula meninggalkan, bahkan bertemu memang juga
tidak. Lalu dari segimana aku bisa memovonis dia meninggalkanku? Sedang jarak
selalu menghalangi antara aku dan dia. Titik fokusku pada subjek kedua ini
terpaksa harus kusamarkan. Dia memang tak membenciku. Tapi ia beranggapan jika
aku selalu berkomunikasi dengan jejaring
social itu itulah nantinya yang akan membuatnya kehilangan ‘lagi’ entahlah.
Sampai akhirnya, aku terpaksa mundur dan
mengalah untuk bahagianya. Untuk menghindari fase kehilangan itu. Walau
sebenarnya akulah subjek yang sekarang merasakan kehilangan. :’) Bukan kehilangan
dia, tapi kehilangan sosok nya yang dulu. Dulu walaupun jarak menghalangi cara
bermainku dengannya. Namun aku masih mampu rasakan apa itu bahagia. Namun,
ketika jarak bersahabat dengan ‘mereka’ semuanya berubah. Hasil akhirnya adalah
yang jauh yang selalu kalah. Merekalah yang selalu menjadi pemenang dalam
sebuah permainan! Cukup aku. Cukup bagiku. Menjadi orang yang (berusaha) rela
kesakitan menghampiri. Menjadi orang yang (tetap) rela air matanya tumpah tiada
arti. Dan menjadi orang yang sebenarnya dulu teranggap namun sekarang (hampir)
terabaikan.. Iya. Aku hampir sepenuhnya kehilangan dia..
Dari sisi ketiga..
Sisi ketiga ini.. Aku memang telah kehilangan ‘kita’ di
antara kami. Ia juga bukan seorang pria. Ia sahabat? Bukan. Saudara? Mungkin.
Bukankah sesama muslim itu saudara? Iya.. Tapi yang nyata adalah dia teman yang
sangat berarti dimataku. Perubahanku kini bermula darinya. Dari dia yang
mengubah seorang “Aku si batu” Menjadi “Aku yang perasa” . Dulu selalu aku
yang jadi subjek yang tersayang! Paling di sayang. Tapi nyatanya dengan mudah
aku meniadakan mereka dari hariku. Apa yang mereka lakukan sama sekali tak
berarti dimataku. Hingga akhirnya si
teman ku ini hadir. Masih dengan caraku yang Batu. Lambat laun,
pemikirannya menelusuri pemikiranku. Dengan mudahnya pemikiran nya ku pakai sebagai
pendamping pemikiranku. Waktu itu hari hari ku menjadi si perasa bahagia. Bukan lagi si
batu yang penuh dengan keacuhan.
Sayangnya, perubahan itu membuatku lupa bagaimana cara menghargai orang yang
telah meluangkan banyak waktunya untukku. Akhirnya aku tertinggal.. Tertinggal
dengan diamku.Masih dengan
kepolosanku yang entah memang polos atau aku sulit untuk berfikir? Yang pasti
subjek ketiga ini sangat mengambil andil besar dalam perubahanku hingga saat
ini ♥♥♥♥♥
Bulan september.
SEPenuhnya kuTEMukan mereka BERbeda :’’)
September seolah menjadi puncak dimana semuanya berlalu pergi
meninggalkan..
Subjek pertama, kedua dan ketiga.
Menjadi sabjek subjek yang berhasil membuatku bertekuk lutut akan
keadaan.
Tak mampu melawan karena ketika ku bangkit merekasatu persatu muncul
dan membuatku terjatuh lagi..
Sulit. Subjek ketiga terlalu berarti. Subjek kedua terlalu kusayang.
Subjek pertama terlalu ku harapkan.. Dan yang nyata..
Ketiga subjek itu kudapati telah berbeda sepenuhnyaaaa...
:’)
No comments:
Post a Comment