Siapa
sangka kita bisa bertemu. Bertemu dalam dunia yang tak nyata tapi memiliki
makna lebih dari sebuah pertemuan nyata. Aku yang sempat ketakutan karena kamu memiliki kesukaan yang sama dengan teman
lamaku akan berujung sama. Kini ketakutan itu hilang. Sungguh, aku tak
menggenggammu terlalu erat. Kadang kamu ku biarkan pergi, kadang aku pergi
sejenak yah itu semata-mata agar kita tahu apa itu rindu. Apa itu kehilangan.
Hingga akhirnya kurasa kita mampu menjaga walau dalam dunia yang tak nyata..
Aku tahu
memang tak mudah untuk ku apalagi untukmu. Jarak lah yang membuat semuanya
rumit. Lebih rumit dari pada soal-soal akuntansi
yang kerap kali memiliki banyak metode. Lalu metode apa yang bisa kita
pakai untuk memecahkan masalah antara kita dan jarak? Aku sering mencari metode
untuk memecahkan permasalahan ini. Namun yang ada, malah menimbulkan
permasalahan baru. Otakku sakit. Memikirkan jarak, kita, tawa dan rindu.. Jarak
memang kata yang simple. Sesimple minum air putih, sesimple berjalan di atas
tanah. Ya. Tapi rumit untuk di mengerti. Serumit memikirkan kenapa air putih di
beri nama air putih? Bukankah ia bening?Bukankah putih itu berarti berwarna seperti
susu? Lalu siapa yang salah dalam menelaah? :/ sudahlah..
Siapa
bilang spongebob dan keroppi tak bisa
bersatu ? :--)
Memang benar - penyuka – spongebob dan – penyuka – keroppi pernah bersatu tapi
mereka berpisah dikemudian hari. Tapi kini, dengan subjek yang berbeda membuat
anggapan spongebob dan keroppi tak
mungkin bersatu musnah J Nyatanya. Kami bersatu. Bahkan tanpa ada
pertemuan nyata. Lihatlah. Kami masih baik-baik saja. Percayalah. Kami
Ba-ik-ba-ik sa-ja!
Kembali kepada kita. Biarlah waktu yang menjawab apa yang
akan terjadi pada kita ‘nantinya’ andai kata peristiwa spongebob dan keroppi itu terulang. Aku yakin. Hal itu juga bukan
karena pertikaian yang konyol yang seharusnya tak terjadi. Tapi bila pertemuan
yang kita dapati. Aku lebih yakin. Pertemuan itu akan sangat indah. Sama
seperti keindahan khayalku di alam bawah sadar. Jujur, aku bahagia. Aku baru
berfikir. Aku baru menuliskan cerita baru. Andai saja kamu ada disini. Mungkin
aku lebih menyayangimu. Aku suka dengan caramu bersikap karena caramu bersikap
menunjukkan kamu peduli dengan aturan-aturan agama. Kamu punya keinginan besar
untuk berjilbab sesuai syari’at. Kamu punya pengetahuan yang mungkin aku tak
tahu tentang Islam. Kamu rajin mengaji dan kamu...mau mendengarkan apa yang aku
utarakan.
Bayangkan
saja.. Mungkin. Jika kita berada pada satu tempat yang sama. Kita benar-benar
menjadi orang yang paling bahagia. Kita bisa bersama-sama pergi;mungkin
menghadiri majelis-majelis ilmu berdua;atau hanya sekedar hunting baju. Sungguh
itu lah yang ku inginkan. Bersama orang yang aku sayang bersama orang yang
kuharapkan menjadi sahabat. Saling menasehati ketika satu orang di antaranya
salah. Menopang ketika terjatuh. Menghapus ketika air mata menetes. Menarik
jika barangkali satu di antaranya mulai hampir keluar lingkaran aturan Allah.
Aku ingin mencintai sahabatku karena Allah. Aku ingin menyayangi karena Allah.
Aku ingin di nasehati dan menasehati tentang ajaran Allah.
Bahagia-sedih-kecewa-harap-asa!
Namanya juga kedekatan. Kadang bahagia. Kadang sedih. Kadang
kecewa. Ada harap dan asa. Bahagia ku sebenarnya sederhana. Aku hanya ingin
kita bertemu. Kecewaku juga sederhana ketika hanya tadi tak terwujud. Apalagi harapku hanya menimbulkan asa yang
tak bertepi. Aku rela kita jauh, tapi hati kadang menginginkan pertemuan. Aku
rindu entah apa yang aku rindukan sebab aku tak tahu rupa mu
sesungguhnya.Kenapa begitu rumit? Kenapa begitu sulit ku temukan jawaban? Dan
mengapa ia tak berujung? Pertanyaanku semakin menjadi-jadi. Rinduku semakin
menggebu. Tapi semua itu ku tuangkan dalam bait harap dalam do’a. Semoga
pertemuan indah itu akan ada. Didunia ataupun.... syurga...
YaAllah yang maha kuasa atas segala apa-apa yang ada di bumi lagi alam
semesta.
Aku menginginkan pertemuan nyata pada subjek yang aku lukiskan di atas.
Allah.. Sungguh aku menyayanginya. Aku hanya ingin mengenggamnya dengan nyata.
Aku ingin memeluknya.
Aku ingin bercerita sama seperti aku bercerita kepada teman-temanku.
Kenapa jarak menghalangi kami? Kenapa jarak kurasa menyesakkan?
Allahu..
Apa ini termasuk ujian mu bagi hambamu ini, yaAllah? :”)
Jika iya.. Berikanlah aku dan ia keteguhan hati. Agar tak melulu
membenci jarak apalagi takdirmu Allah...
Aamiin J
No comments:
Post a Comment