Sedih bahkan lebih. Dimana orang yang dulu selalu memberiku
nasihat. Selalu berkata ini itu untukku. Kini pergi hilang entahlah kemana.
Entah apa yang kau cari. Entah kenapa kau tega pergi. Waktu demi waktu. Aku
jalani dengan penuh pelajaran, bahwa tak selamanya orang yang kita inginkan
selalu ada. Pelajaran bahwa mimpi terkadang tak menjadi sebuah kenyataan.
Termasuk omongan. Terkadang apa yang aku lontarkan untukmu tak selamanya kau
dengar..
Kau memang
tak menyayat tubuhku dengan benda tajam. Namun kau menyayat hatiku dengan
kata-kata ketidakpedulianmu. Kau memang tak menampar pipiku dengan tanganmu,
tapi kau menampar pikiranku dengan perlakuan burukmu terhadapku. Sungguh.
Kenapa air mata ini masih bisa keluar untukmu...
Aku mulai
membenci mu. Bukan ragamu yang kubenci. Tapi sifat-sifatmu yang mulai berubah
lambat laun menjadi sosok yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Kemana sosok
yang dulu menasehatiku? Kenapa ia berubah menjadi sosok yang tak pernah
mendengar apa yang aku katakan? Kemana sosok yang dulu ku impikan menjadi seorang sahabat?
Kenapa kini ia berubah menjadi orang yang berlaku seperti musuhku. Kemana semua
kebaikan-kebaikan yang dulu aku dapati darimu? Kenapa semua berubah menjadi hal
buruk yang selalu mengganggu tidurku.
Aku mulai
mengerti arti nya kesabaran. Aku mulai mengerti artinya air mata. Semenjak
perlakuanmu, kata-katamu seolah mengganggapku tak berguna sama sekali
dihidupmu. Sabarku terlalu di uji ketika ku menghadapimu, berkali-kali
berbicara namun berkali-kali di abaikan. Berkali-kali menasehati. Berkali-kali
di anggap angin lalu.
Inikah cara Allah membuatku semakin sabar? Mungkin.. Iya.
Tak
terfikir olehku sebelumnya. Mendapat perlakuan buruk dari orang yang selama ini
aku jadikan subjek tersayang. Rasanya kini telah habis air mataku untuk
menangisi setiap perubahanmu semoga Allah tak menghukumku karena tak berhasil
menarikmu kembali bersamaku. Ku fikir air mataku telah habis, namun kali ini ia
keluar lagi aku tahan sebisanya. Namun ia tetap saja keluar begitu hebatnya.
Sama seperti kehebatanmu membuat air mataku keluar lagi setelah sekian lama..
Kapan kau akan berhenti mengganggap omongan-omonganku angin lalu? Kapan kau
akan mengerti bahwa apa yang aku lakukan ini semata-mata karena aku begitu
menyayangimu. Bahwa aku hanya ingin bertemu kau di ‘sana’. Allah telah tahu bagaimana usahaku
selama ini terus memberi tahumu. Ketika kau salah aku datang. Tapi selalu
pengabaianmu yang kudapati. Atau bahkan perkataan mu yang sedikit membuat hatiku tersayat. Aku tahu. Jika Allah mau Dia bisa
saja membuat seluruh orang di dunia ini bertakwa padaNya. Sudahlah. Ini
urusanmu dan Dia. Yang pasti aku pernah berusaha keras menggenggammu lagi.
Kamu,
Awalnya aku rela saja mendapat pengabaianmu terus menerus.
Tapi ternyata lelah, sangat lelah sayang. Semakin hari perubahanmu semakin
menjadi. Sedangkan usahaku tak tampak ada hasilnya.. Aku kehabisan akal
bagaimana untuk mengajakmu berjalan disampingku. Aku kehabisan cara dan kata
untuk membujukmu kembali kepadaku .
Kamu,
Mengapa secepat itu perubahanmu? Siapa yang salah? Aku ? apa
usahaku kurang untuk memberi tahumu apa-apa yang telah aku ketahui? Atau memang kau lah yang bebal untuk menelaah
apa yang aku beri tahu tadi lantas menganggapnya angin lalu lagi tak berharga?
Astagfirullah.. Baru kali ini aku berjuang mati-matian menarik orang masuk
kehidupanku dan belajar bersamaku. Sungguh. Aku seperti muka tembok. Tapi tak
apalah...
Aku kini angkat tangan. Entah seberapa lama aku akan mencari
cara lain. Namun untuk saat ini. Aku hanya akan jadi penonton dari
kejauhan.....
#Post #NoSubjek #JustWriting
No comments:
Post a Comment