♫♬

Thursday, January 23, 2014

Kenapa malaikat itu bukan kau?

Jarak yang paling dekat malah kurasa menjadi titik yang paling jauh untuk kugapai. Dia disampingku dan aku otmatis disampingnya. Tapi kenapa menuju kearahnya adalah hal yang paling sulit? Seperti harus berjalan berkilo-kilo meter di tengah sengatan matahari. Seperti harus mendaki dengan kemiringinan nol derajat.Nol? Memang bisa terbilang tidak miring. Sulit bukan? Ketika aku belajar untuk menerima, ketika aku belajar dari bawah untuk menuju puncak. Sayangnya, aku tergelincir kembali ke bawah. Sama seperti ingin ‘berbagi’ dengan dia. Jauh. Sesak. Ada penghalang.


Ku fikir aku telah mampu ikhlas. Tapi ternyata belum Bukan ikhlas namanya jikalau masih merasakan sakit” Kata-kata itu sama sekali belum aku rasakan. Dadaku masih penuh api yang membuat segala yang ada di dalamnya panas. Bahkan meluluh lantakan niat kebaikan-kebaikanku kepadanya yang semula aku lukiskan begitu indahnya.


Memang benar, kekecewaan akan membuat pribadi seseorang berubah. Jujur saja, aku malas mengejar prestasi-prestasi yang tidak seberapa itu. Menjadi juara kelas, mendapatkan beasiswa sama saja hal nya aku tidak melakukan apa pun di mata dia. Munafik kalau aku berkata “Aku tidak butuh pujian” . Sungguh terkadang pujian itu akan membuatku semangat lebih dari sebelumnya. Aku tidak membutuhkan apa pun melainkan kasih sayang yang melimpah, perhatian, dan juga semangat yang ia salurkan ketika mengelus kepalaku. Pertanyaanku sekarang “ Kapan terakhir kali dia mengelus kepalaku?” LUPA! Aku bahkan lupa bagaimana rasa di sentuh kepalanya..

Aku ingin pergi jauh dan berlama-lama disana. Ada atau tidak adanya dia. Kenapa bagiku sama saja? Aku terbilang sering mengeluarkan air mata karenanya. Karena kesakitannya, karena hidupnya. Dia berbicara aku adalah orang yang paling senang mendengarkannya. Walau perkataannya tidak terlalu menarik, aku berusaha untuk tidak beranjak sebelum ia selesai bercerita. Atau walaupun tidak lucu sama sekali aku berusaha tertawa. Itu semua karena aku menyayanginya, sangat. Aku tidak ingin membuat hatinya terluka. Aku tidak ingin ia merasa tidak aku pedulikan. Ketika dia sakit. Aku berusaha untuk menjadi orang yang lebih dewasa walau panik mendera. Walau tangis ingin menumpah. Aku ingin berada disampingnya tanpa air mata. Karena aku tidak ingin dia pergi sebegitu cepatnya..

Sampai akhirnya,
Aku kini berubah kembali menjadi sosok semulaku. Aku tidak tahu pasti kenapa dia kembali begitu saja. Kenapa fikiran jahat ini merangsang otakku, perkataanku untuk menyakiti hatinya. Aku juga sebenarnya tidak ingin. Tapi fikiran dan hatiku yang telah ia patahkan. Membuat semuanaya menjadi mungkin. Perkataanku terbilang sering menyakitinya. SAMA! Sama seperti dia menyakiti hatiku dengan perkataannya!

Dia. Selalu mengacuhkanku ketika aku berbicara apa pun. Cerita apa pun. Dia sama sekali tidak mempedulikan apa yang keluar dari mulutku. Melainkan hanya beberapa waktu saja. Kenapa berbeda dengan caraku memperlakukannya? Bukankah waktu itu aku selalu mendengarkan ceritanya? Penting atau tidak penting. Seru atau membosankan. Aku selalu memberikan telingaku untuk mendengarkan dia.

Dia. Tidak melihat ku ketika aku sakit. Bukankah waktu itu aku ada disampingnya ? Mengenggam tangannya ketika dia rasakan sakit yang luar biasa? Kenapa yang ada bukan dia tapi orang lain? Apa aku hidup dengan ‘orang lain’ itu saja disini?


Dia. Suka membanding-bandingkan aku dengan mereka. Dengan mereka yang sebenarnya tidak perlu di bandingkan denganku! Dia saudaraku pula. Jika dia malu dan malas mempunyai aku, kenapa waktu itu dia tidak membuangku saja? Aku mulai membenci perlakuannya denganku. Sungguh.

Kenapa malaikat itu bukan kau,bu?
Kenapa kau berubah menjadi seseorang yang jauh dari kedekatan denganku. Aku lupa bagaimana kau peluk! Aku lupa bagaimana kau cium! Aku lupa bagaimana tanganmu mendarat hangat di kepalaku! Aku lupa bagaimana bercanda denganmu! Aku lupa bagaimana mendapatkan nasehat darimu! Aku juga lupa bagaimana di perhatikan ketika aku sakit! Aku lebih lupa bagaimana kata-kata lembut yang dulu terlontar dari mulut mu!

Aku hanya merindukanmu bu...
Kenapa malaikat itu bukan kau?



No comments:

Post a Comment