♫♬

Thursday, January 9, 2014

Terimakasih Wahai Musuhku

Terimakasih Wahai Musuhku
Oleh Abdul Aziz Setiawan

Perlakuan terburuk yang menimpa kita dalam hidup adalah apa yang di lakukan oleh seorang musuh terhadap kita. Sebabnya adalah karena mereka senantiasa bertindak bodoh, buruk pergaulan dan tidak punya keperdulian. Agar siapa saja yang ada di sekitar kita bersatu dalam angkara murka dan perselisihan.
            Pengalaman telah mengajariku bahwa termasuk bijaksana jika kita bersabar terhadap orang-orang yang menyelisihi, berjiwa besar terhadap mereka, menggunakan pengobatan rabbani melalui perdebatan dengan cara yang terbaik “Maka tiba-tiba orang yang di antaramu dan dia ada permusuhan seolah-olaj telah menjadi teman yang sangat setia” Fushshilat : 34.
            Wahai orang-orang yang di kungkung perbuatannya!
Dari “...yang...” dan dari “..yang..”. Tolaklah kejahatan mereka dengan cara yang lebih baik. Hingga engkau melihat “..antaramu dan antara dia..”.
            Pengalaman telah mengajariku untuk tidak putus asa terhadap mereka, orang-orang yang enggan kecuali hanya ingin menjadi musuh dan orang-orang yang antipati. Mereka adalah bagian dari sunnah rabbaniyyah dalam kehidupan. Mereka adalah para pekerja keras dengan buah yang baik.
            Terimakasih wahai musuhku!
Kalian wahai musuhku, orang yang telah mengajariku bagaimana mendengarkan koreksian yang satu dengan koreksian yang lain dan lebih tegas tanpa keraguan. Bagaimana aku melalui jalan ku tanpa ragu-ragu, walaupun aku mendegarkan perkataan yang tidak pantas dan tidak indah pada darimu.
            Ini adalah pelajaran besar yang tidak akan di temui seseorang dalam teori sekalipun, hingga Allah sendiri yang akan menentukan baginya siapa saja yang akan di uji oleh-Nya, menimpakan kepahitan atasnya hingga akhirnya menjadi sesuatu yang biasa baginya.
            Terimakasih wahai musuhku!
Kalianlah yang menjadi sebab jiwa ini terkendali, tidak silau dengan pujian orang-orang yang suka memuji. Allah telah menjadikan kalian seperti hakim yang memutuskan dua hal yang berseberangan. Agar seseorang tidak silau dengan pujian dan sanjungan yang melampaui batas, atau ketakjuban bukan pada tempatnya dari orang-orang yang suka melihat yang baik-baik saja, kebalikan dari yang kalian lakukan ketika kalian semua melihat kami kecuali dari sisi yang lain, atau kalian melihat kebaikan akan tetapi kalian menjadikannya sebagai satu keburukan.
            Terimakasih wahai musuhku!
Kalian telah mengejek semua lisan untuk membela kebenaran dan menjadikannya condong kepada kebenaran serta memprovokasi kehinaan kalian, sehingga menghilangkan pembelaan dan keangkuhan. Kalau sekiranya bukan karena kobaran api, niscaya aku tidak akan berada disebelahmu. Karena harum batang pohon kayu gaharu tidak akan dikenali tanpamu.
            Terimakasih, Terimakasih wahai musuhku!
Kalianlah wahai musuhku pemilik keunggulan walaupun kalian tidak menginginkannya. Penghasil keseimbangan dan keadilan dalam gagasan. Mungkin saja seseorang memberi sebagian haknya di atas kemampuannya. Akan tetapi, kalianlah yang menjafi sebab pelaksanaan huku-hukum keseimbangan, akurasi koreksi dan revisi.
Sekali-kali, kemarahan tidak menjadikan kalian berpaling. Karena seseorang jika mendapatkan apa yang ia inginkan maka enggan untuk melihat dan berfikir. Dia tenggelam dalam kegelapan bantahan dan berpaling, hingga tidak tersisa dalam dirinya bagian untuk merendah dan tenang. Dia akan senantiasa mengoreksi perkataan lawan bicaranya, mungkin saja ia mendapatkan sedikit tempat kebenaran walaupun sedikit.
            Terimakasih wahai musuhku!

Kalian senantiasa termotivasi untuk mempertajam argumen, membuat tantangan, membuka perasaan, cepat dalam berlomba, sehingga menyebabkan seseorang menjadi sangat kikit terhadap dirinya, sangat cermat terhadap dirinya, mencoba dan mengembangkan diri, menariknya ke tingkatan yang tinggi dan mulia. Maka berlomba-lomba adalah sunnah syar’iyah dan ketentuan rabbani “dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba” (al muthaffifiin:26)

No comments:

Post a Comment